Kamis, 2 Oktober 2023.00:52 WIT.
HAL-TENG PERS TIPIKOR-ID. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Weda dinilai tidak mampu memberikan pelayanan yang baik.
Pantauan Pers Tipikor-id, pukul 2:00 WIT dini hari, terungkap salah satu pasien yang seharusnya mendapatkan pelayanan, akan tetapi mulai dari pasien atas nama Risky dibawah ke RSUD Weda pukul 10: 35 WIT (31/10) sampai dengan pukul 02:35 WIT dini hari (01/11) baru mendapatkan pelayanan.
Selain itu, terkait pelayanan penanganan pasien memang sangat memilukan, hal ini dikarenakan dokter yang melayani pasien di RSUD hanya satu orang di tambah dua orang perawat.
Masing-masing bernama, dr. Asmi, sedangkan kedua perawat masing-masing bernama, ima dan eva.
Ruang IGD yang sepatutnya ada alat steril di IGD, akan tetapi alat steril baru diambil tengah malam diruang CSSD.
Lalu bagaimana menangani pasien emergensi, apakah menunggu alat steril datang dulu tiga jam kemudian karena menunggu petugas CSSD ?.
Salah satu petugas yang bertugas di RSUD ketika diminta keterangan menjelaskan, bahwa untuk satu hari pergantian shift tiga kali. Dan pada saat pergantian shift baik itu dokter maupun perawat saling mengetahui kalau alat steril, obat dan bahan habis pakai,
ada atau tidak, itu yang selalu diperiksa, agar pelayanan terhadap setiap pasien bisa maksimal.
Petugas lain menambahkan bahwa, ooo torang perawat tara operan pak, tong pulang pulang saja.
Mahmut paman dari pasien mengatakan, pelayanan RSUD memang tidak memuaskan. Contohnya, saat Risky yang sudah masuk RSUD kurang pukul 10:35 WIT yang seharusnya mendapat perawatan dan atau lukanya segera dijahit, akan tetapi sampai dengan pukul 02:35 WIT baru lukanya di jahit, ini kan gawat, ucapnya.
Un, orang tua pasien mengatakan, buruknya pelayanan RSUD Weda perlu mendapat apresiasi.
Ia menambahkan, yang jelas kalau pihak IGD membuat permintaan seharusnya petugas CSSD standby, dan atau
setidaknya IGD menyiapkan tempat khusus penyimpanan alat steril dengan pengawasan.
Apalagi dalam satu hari ada tiga kali pergantian petugas, artinya setiap pergantian petugas pastinya mengkroscek guna melakukan permintaan saat tahu alat tersebut kosong di IGD. Jangan nanti ada pasien dulu baru buat permintaan?. Ini kan membuat pelayanan menjadi terlambat, bebernya.
Ibu dari pasien juga mengeluhkan,
Untuk suntik anti tetanus juga tidak diberikan, dengan alasan obat suntik tetanus habis di rumah sakit, ungkapnya.
Hal serupa juga disampaikan Rusli. Ia menjelaskan, bagaimana nantinya penilaian akreditasi kalau sisi pelayanan masih dikeluhkan. Yang jelas salah satu indikator penting dalam penilaian akreditasi adalah bagaimana setiap RSUD memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat umumnya dan kepada pasien khususnya.
Katanya lagi, kan prinsip penanganan pasien emergensi atau gawat darurat adalah gawat berarti mengancam jiwa dan darurat berarti memerlukan tindakan segera. Bagi kami, ini sudah menyalahi prinsip penanganan kegawatdaruratan.
Oleh karena itu, kalau pelayanan seperti itu takutnya, akreditasi RSUD aman disaat pelaksanaan penilaian saja. Maka kami berharap, tim penilai akreditasi RSUD Weda harus jeli, jangan asal menilai di luarnya saja, hingga penilaian untuk mendapatkan bintang lima dan atau paripurna bukan asal nilai, tegasnya.
Kami berharap, Pj Bupati Ir. Ikram Malan Sangaji, agar mengevaluasi kinerja pelayanan RSUD Weda, harapnya.
Direktur RSUD ketika dikonfirmasi pukul 12:42 WIT, kami sedang ada penilaian akreditasi secara daring. Sambungnya, selesai ini baru kami info balik yaa.
Setalah dikonfirmasi, Direktur RSUD lewat sambungan telepon mengatakan bahwa, petugas kami banyak yang sedang ikut orientasi. Bahkan kami telah menyampaikan ke BKPSDM bahwa kami lagi persiapan akreditasi akan tetapi tidak bisa, singkatnya. (Rosa).