Selasa, 14 Mei 2024.02:38 WIT.
HAL-TENG PERS TIPIKOR.ID. Dalam upaya menghidupkan
Kerukunan Keluarga Fagogoru
sejumlah tokoh dan pemuda se-jabodetabek kembali menyatukan gagasan demi kebersamaan, hal tersebut disampaikan, Moh. Adim Rajak S. Sos, M. I.Kom, lewat pesan WhatsApp kepada Pers Tipikor.id pada 14/5/2024 sekira pukul 00:01 WIT.
Moh. Adim Rajak S. Sos, M. I.Kom, yang juga sebagai salah satu Ketua Panitia Pelaksana Pengukuhan Kerukunan Keluarga Fagogoru & Silaturahmi, menurutnya, kebersamaan dalam satu wadah yaitu kerukunan keluarga Fagogoru se-jabodetabek ini di Tahun 1970-an sampai awal 2000-an,
dimotori Alm. Om Dede (Maba, Tg Priok), Alm. Om Mahmud Hasanudin dan para tetua lainnya.

Oleh karena itu, kata pria dengan sapaan akrab Dimpo, “Alhamdulillah dengan semangat dan rasa kebersamaan, perlahan namun pasti saat kami sudah mulai bergerak dan mewujudnyatakan niat baik mereka, ungkapnya.

Hal ini tentunya juga adalah semangat kekeluargaan karena sangat banyak Keluarga Fagogoru di rantauan, hingga kita dapat memberikan karya riil dan nyata atau memberikan kontribusi positif bagi daerah.
Oleh karena dengan dilandasi atas semangat Keluarga dan generasi Fagogoru diperantauan, maka perlu untuk di satukan dalam sebuah ikatan kerukunan keluarga, agar saling memberikan suport system secara progres, dari nilai luhur perjuangan kekeluargaan. Ini juga diawali dengan semangat beberapa basudara dari tiga (3) Negeri Fagogoru (Maba, Patani dan Weda) di Jakarta.
Ia kemudian menambahkan, sejatinya juga para inisiator tidak membuat organisasi baru wadah Fagogoru.
Akan tetapi pada hakekatnya menghidupkan kembali semangat kekeluargaan yang sudah pernah ada di Jakarta dan sekitarnya, untuk bersilaturahmi secara kaffah, kontinyu di setiap saat dan setiap waktu sesuai ruang dan waktu atau spasio temporal, ujarnya.
Insya Allah, dengan wadah ini bisa bermanfaat serta dapat memberikan dampak positif bagi kekeluargaan, karena melandaskan diri pada pelestarian nilai – nilai Filosofi Fagogoru yakni ” Sopan re Hormat, Budi re Bahasa, Ngaku re Rasai, takut dan Malu”. Jelasnya, sebagai wadah yang terikat pada nilai-nilai filosofis tersebut, sudah tentu kerukunan keluarga Fagogoru di rantauan Jakarta dan sekitarnya bisa menempatkan posisi pada konsolidasi kekeluargaan, untuk bersatu padu membumikan nilai-nilai Fagogoru, sebagai pengejawantahan terhadap transformasi, hingga nilai cultural harus terus dinafasi dan dihidupi untuk melandasi kehidupan warganya, hal ini agar kita selalu berpegang pada spektrum ikatan solidaritas yang menyatukan langkah, sehingga terdorong keterpaduan tiga negeri Gamrange demi mendorong genealogi yang berkarakter pada perjuangan nilai Sumber daya manusia yang handal dan terukur secara epistemologis yang koheren.
Selain itu, dengan perkembangan teknologi dan arus perubahan yang begitu cepat dalam segala aspek kehidupan, maka perlu ada tatanan nilai yang harus bisa menempatkan kita pada perjuangan secara bersama.
Hakekatnya kemudian generasi tiga negeri mampu menciptakan peradaban yang berkemajuan untuk diabdikan secara nyata dan riil pada sebuah masyarakat sosial yang berperadaban maju, berdaya saing dalam bingkai kehidupan sebagai warga negara Kesatuan Republik Indonesia, ulasnya.
Tambahnya lagi, selagi masih bisa berkarya, berbakti dan bergiat. Selagi masih dikasih usia dan gairah hidup.
Selagi masih ingat orang-orang tua kita, leluhur Gamrange.
Selagi masih sadar bahwa dalam diri kita masing-masing ada mengalir darah Fagogoru dari Gen Ayah atau Ibu atau keduanya.
Maka, mari bersatu bergandengan tangan, kita hidup dan menghidupi Kerukunan keluarga Fagogoru untuk bersilaturahmi secara langsung, tutupnya.
Salam Fagogoru, Salam Gamrange Tiga Negeri Bersaudara (Maba, Patani, Weda) Editor: (Rosa)
Penulis: (Dimpo).